Medan || Setahun belakangan ini, 'begal' merajalela dan tidak segan-segan untuk membantai dan menghabisi nyawa korbannya yang menjadi mangsa di aksi perampokan harta benda pemilik kendaraan yang melintas dikawasan para pembegal tersebut.
Telah banyak makan korban, baik nyawa maupun luka-luka senjata tajam ditangan para pembegal yang merajalela membuat masyarakat Kota Medan resah atas keamanan yang mengancam keselamatan jiwa sehingga Kota Medan dijuluki Kota Rawan Begal.
Dengan tewasnya mahasiswa UMSU ditangan para pembegal, maka keluarlah pernyataan Wali Kota Medan, Muhammad Bobby Afif Nasution, bahwa kedepan 'Begal ditembak mati'. Dengan adanya Pernyataan Wali Kota Medan tersebut banyak yang menuai kontroversial. Ada yang setuju dan ada yang tidak setuju.
Anggota DPRD Medan, Dodi Robert Simangungsong SH, terkait Kota Medan rawan begal, sehingga keluar pernyataan dari Wali Kota Medan, bahwa 'Begal Tembak Mati', angkat suara.
"Kita mengapresiasi keluarnya pernyataan dari Wali Kota Medan terhadap para pembegal yang ditembak mati jika tertangkap. Memang atas tindak kejahatan yang dilakukan oleh para pembegal-pembegal ini, sudah seharusnya memang, begal tembak mati," tukas anggota dewan DPRD Medan dari Fraksi Partai Demokrat, Dodi Robert Simangungsong SH, kepada media ini, Selasa (25/7/23).
Ayah tiga anak ini juga mengecam tindakan para pembegal-pembegal itu, karena kejahatan mereka, Kota Medan tidak aman, sehingga masyarakat yang bekerja di malam hari menjadi was-was, tidak tenang, karena harus pulang dalam waktu yang hampir larut, dimana para pembegal selalu mengintai jalan-jalan raya lintas para pekerja dan masyarakat Kota Medan, dengan bersembunyi beberapa kereta dibalik kegelapan malam terlebih dahulu, satu dua kereta mengintai jalanan, jika ada mangsa, maka pembegal pengintai jalanan akan memberikan kode kepada kawanannya yang lain yang bersembunyi, agar keluar karena mangsa telah tiba.
"Kejamnya para pembegal ini, " gerutu Wakil Bendahara DPW Partai Demokrat Sumut.
Memang di Sosper saya kemaren, lanjut Dodi Robert Simangungsong, ada mengatakan yang mewakili Camat Medan Denai, Fairuddin Madzrul, bahwa Camat Medan Denai saat ini telah melakukan pendataan terhadap para remaja dan para pemuda, untuk melihat apakah anak-anak tersebut ada keterkaitan ataupun terlibat dalam indikasi para pembegal. Dan anak-anak tersebut dipantau gerak geriknya.
"Untuk mengantisipasi para pembegal ini, kita melakukan pendataan terhadap para remaja dan para pemuda serta kita memantau gerak geriknya, apakah terindikasi dengan para pembegal tersebut atau tidak, juga untuk itu, kita telah membuka posko di tujuh titik, setiap malam kita meronda dan ronda besar melibatkan unsur-unsur pimpinan, di malam sabtu dan malam minggu," ucap Dodi Robert, seperti menirukan apa yang dikatakan yang mewakili Camat Medan Denai, Fairuddin Madzrul.
"Program kerja yang dilakukan oleh Camat Medan Denai saat ini, untuk mengantisipasi maraknya begal dan juga untuk mengurangi tindak kejahatan di Kota Medan di malam hari, seperti itu kita sangat setuju dan kita pun mensuport hal itu. Karena pendataan anak-anak remaja dan pemuda itu penting, untuk melihat apakah anak-anak Kecamatan Medan Denai ini terindikasi terlibat atau tidak dengan para pembegal tersebut," ujar Suami Boru Ambarita ini.
Begitu juga dengan anggota DPRD Medan, Johannes Haratua Hutagalung SSos, yang sangat setuju dan mengapresiasi atas pernyataan Wali Kota Medan dalam memberantas begal, tembak mati.
"Medan sudah sangat rawan Kamtibmas, itu disebabkan oleh ulah para pembegal-pembegal ini, banyak korban dan kehilangan nyawa didalam aksi perampokan harta milik kendaraan yang melintas di malam hari dan para pembegal ini melakukannya dengan sangat sadis seperti sudah hilang akal sehat dan hati nurani, kemungkinan juga dugaan kita, efek dari pecandu narkotika. Jelas tidak mungkinlah para pembegal itu melakukan kesadisan tanpa diduga adanya keterlibatan barang haram tersebut, yakni 'Narkotika'," ujar Politisi Fraksi Partai PDI Perjuangan itu.
Manusia pada dasarnya, masih kata Jo, sapaan akrabnya, tidak pernah berani untuk melakukan hal sesadis itu, jika tidak dipengaruhi oleh dua unsur, yakni, kerasukan setan dan narkotika. Namun hal yang tertinggi sepertinya, barang haram tersebut, Narkoba.
"Jadi jangankan Kota Medan atau Indonesia, bahkan Dunia pun, momok terbesarnya adalah Narkotika itu tadi, terutama yang jenis Sabu. Kita juga kurang mengetahui cara kerja pihak Institusi Kepolisian dalam menanggulangi atau memberantas Narkotika, sepertinya semakin diberantas, kok semakin marak, hingga akhirnya, ya efeknya itu, ya begal ini tadi. Begal dan Narkotika adalah tugas kita bersama, mari sama-sama kita berantas tanpa ada dusta," terang Jo.
Sementara, anggota dewan DPRD Kota Medan yang lainnya, Erwin Siahaan, dalam pernyataannya ini, berbanding terbalik, tidak menyetujui pernyataan Wali Kota Medan, tembak mati begal. Namun Erwin Siahaan bukan berarti tidak perduli atau tidak ingin memberantas sadisnya tindak kejahatan para pembegal ini, bukan.
"Saya setuju begal diberantas. Kalau masalah tembak mati itu harus memenuhi syarat-syarat dulu, seperti standar operasional (SOP). Jika begal ditembak mati, harus memenuhi 3 kriteria, yang pertama, Lapangan kerja di Kota Medan sudah cukup untuk memberikan pekerjaan bagi seluruh masyarakat yang pengangguran. Kedua, Narkoba sudah tidak ada lagi beredar dan sulit untuk didapatkan. Ketiga, Penadah pun tidak ada atau tukang membeli barang-barang curian, sudah tidak ada lagi, baru saya setuju begal ditembak mati," pungkas Erwin Siahaan.
Politisi Fraksi Partai PSI (Gabungan, red) DPRD Kota Medan ini, dalam pernyataannya yang menohok dan relevan terkait begal tembak mati mengatakan bahwa, jika begal ditembak mati pada saat beraksi, apabila para pembegal ini melakukan aksi di depan polisi, barulah boleh untuk dieksekusi atau tembak mati dan itu wajib.
"Kalau dalam hal penangkapan ditembak mati, atau pas penangkapan, nah disitu itulah saya tidak setuju. Saya harap pihak institusi kepolisian apabila menangkap para pembegal, harus memakai data rekaman dan melengkapi kelengkapan rekamannya, mungkin di baju cam, di handy cam di helm cam untuk menangkap terduga pelaku begal ini," urai pemuda berdarah Batak ini yang terus aktif hingga saat ini memperjuangkan dan meningkatkan profesi Ojol di Kota Medan.
Apabila mereka (institusi kepolisian, red), ujarnya kemudian, dalam hal menjalankan tugas penangkapan, ternyata terduga pelaku ini melawan dan terancam nyawanya, itu baru cocok ditembak mati. Tapi kalau hanya misalnya digerebek ditangkap, kek gitu, lalu ditembak mati tanpa adanya perlawanan, itu kita kurang setuju.
"Mereka (para pembegal, red) itu harus mengikuti proses peradilan, yang akan membuat sakit jiwa, yang akan membuat sakit depresi. Enak sajalah orang itu kalau langsung tembak mati, tidak merasakan sakit apa-apa. Nah, untuk itu, kalau bisa ditangkaplah hidup-hidup para pembegal ini, lalu baik-baik mengikuti proses peradilan. Karena sepertinya ini sudah tersistem, entah siapa yang membuat sistem ini," tutup Erwin sambil bertanya.
[jtsi run]
0 comments:
Posting Komentar